CLICK HERE FOR THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Kamis, 24 April 2008

saluran transmisi

Pendahuluan
Saluran transmisi sistem komunikasi dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan besar yaitu saluran transmisi kabel konvensional, saluran transmisi media udara dan saluran komunikasi dengan media serat optik. Dalam makalah ini dipaparkan perencanaan dan pembuatan trainer yang dapat dijadikan model untuk mengetahui proses pengubahan sinyal analog ke digital dan digital ke analog serta sifat dan karakteristik sinar infra merah sebagai gelombang pembawa isyarat audio. Ada dua proses utama yang dibahas dan dikerjakan dalam proyek ini, yaitu proses pengolahan sinyal menggunakan modulasi delta sebagai salah satu metode pengolahan sinyal analog ke digital dalam transmisi optik isyarat audio dan prinsip kerja Quantizer pada bagian penerima yang berfungsi untuk mengubah sinyal digital menjadi sinyal analog. Bagian penerima juga dilengkapi dengan penguat audio dan peaker untuk menunjukkan kualitas rekonstruksi sinyal.
Catatan: Diskusi untuk makalah ini diterima sebelum tanggal 1 November 2003. Diskusi yang layak muat akan diterbitkan pada Jurnal Teknik Elektro volume 4, nomor 1, Maret 2004.
Media transmisi yang digunakan adalah media udara dengan perantaraan sinar infra merah. Pemfokusan cahaya pada pengamatan dilakukan semaksimal mungkin sehingga pada laporan ini tidak akan diulas mengenai banyaknya energi cahaya yang tersebar.
Makalah ini disusun dengan sistematika sebagai berikut : diawali dengan bagian pendahuluan berisi latar belakang permasalahan, dilanjutkan dengan konsep dasar modulasi delta, perancangan sistem yang diikuti dengan analisa dari data hasil pengujian, dan ditutup dengan kesimpulan.
Modulasi Delta
Modulasi Delta dikembangkan mulai tahun 1940 untuk aplikasi voice telephony. Modulasi delta merupakan sebuah teknik modulasi dimana suatu sinyal analog dapat dikodekan dalam digit (bit) kembar. Karena itu modulasi delta merupakan salah satu sistem berbasis Pulse Code
Modulation (PCM).
Dibandingkan sistem berdasar PCM yang lain modulasi delta memiliki kelebihan yaitu sirkuit elektronik yang dibutuhkan bagi modulasi pada bagian pengirim dan khususnya lagi pada bagian
penerima lebih sederhana daripada perangkat keras yang dibutuhkan untuk sistem berbasis PCM yang lain. Gambar 1 menunjukkan system

Gambar 1. Sistem Modulasi Delta
Prinsip kerja modulasi delta adalah pemancaran rentetan pulsa-pulsa dengan lebar-tetap, yang polaritasnya menunjukkan apakah keluaran demodulator harus naik atau turun pada masingmasing pulsa. Keluaran dibuat naik atau turun oleh suatu tinggi langkah yang tetap pada masing-masing pulsa. Gambar 2 memperlihatkan jalannya proses pengolahan sinyal dengan modulasi delta.

Gambar 2. Pengolahan Sinyal dengan
Modulasi Delta
Sinyal modulasi m(t) dikenakan ke masukan yang membalik (inverting input) dari sebuah
penguat diferensial. Suatu versi yang disusun kembali dari sinyal m’(t) dikenakan ke masukan yang tak membalik (non inverting input).Keluaran dari penguat diferensial diumpankan pada sebuah komparator. Komparator akan berada dalam kejenuhan (saturation), baik positif maupun negatif, tergantung pada polaritas dari tegangan selisih antara sinyal-sinyal masukan dari penguat diferensial. Jadi keluaran akan sama dengan + / - 1, tanpa memandang daerah di tengah yang dapat mempunyai dua arti.
Modulator menerima serentetan pulsa-pulsa unipoler pi(t) yang berulang sesuai dengan lajum pengambilan sampel yang dikehendaki dan memancarkannya baik secara langsung untuk suatu masukan +1 atau membalikkan polaritas untuk suatu masukan -1. Sinyal ini dipancarkan sebagai sinyal keluaran po(t) dan juga diteruskan ke sebuah rangkaian integrator lokal. Integrator ini menyebabkan m’(t) naik atau turun dengan suatu tinggi langkah yang tetap untuk setiap pulsa + atau – yang sampai ke masukannya. Pada penerima, sebuah regenerator membentuk kembali sinyal yang diterima dan menghilangkan sebagian besar kebisingan. Sinyal kemudian dimasukkan ke sebuah integrator yang lain, yang menyusun kembali m’(t), bentuk gelombang tangga tersebut. Sinyal ini kemudian diteruskan lewat sebuah filter low-pass untuk menghilangkan
kebisingan kuantisasi, sehingga hanya akan tertinggal sebuah replika (tiruan) m’’(t) dari
sinyal asli.
Desain Sistem
1. Bagian Pemancar
Bagian pemancar terdiri dari: penguat differensial,komparator, multivibrator, integrator,
penyangga dan pengirim optik. Gambar 3 memperlihatkan blok diagram perencanaan
pemancar.


Gambar 3. Blok diagram pemancar
Penguat differensial berfungsi untuk memperkuat selisih antara dua sinyal. Polaritas tegangan
keluaran menjadi positif apabila tegangan pada masukan membalik lebih negatif daripada
tegangan pada masukan tak membalik, begitu juga sebaliknya.
Komparator yang dipakai pada bagian pemancar adalah sebuah komparator yang disusun dengan tugas untuk mendeteksi sinyal pada masukan tak
membalik. Dengan demikian diharapkan keluaran komparator sefase dengan input komparator. IC NE 555 dipakai untuk membangun multivibrator astabil, fasilitas yang ada pada multivibrator astabil ini adalah pengaturan frekuensi dan duty cycle . Penghitungan frekuensi yang dihasilkan menggunakan rumusan (1): F = [1/1,45 C1(2Rp1+Rp2+4K7)] Hz (1) Frekuensi minimum yang dapat dihasilkan adalah 64 KHz, sedangkan frekuensi maksimal
yang dapat dibangkitkan adalah 125 KHz Flip-flop D merupakan multivibrator bistabil
yang masukan D-nya ditransfer ke keluaran setelah sebuah pulsa lonceng diterima. Flip-flop
D yang dipakai disini adalah IC CMOS 4013. Tabel 2 memperlihatkan tabel kebenaran flipflop D. Tabel 2. Tabel kebenaran Flip-flop D
Clock Data Y
1 0 0
1 1 1
0 X Keadaan terakhir
X = sembarang data.
Integrator pada bagian pemancar dipakai untuk membentuk sinyal tangga dari sinyal digital
keluatran flip-flop D. Syarat yang harus dipenuhi agar terjadi proses pengintegrasian adalah Pd <<
RC, adapun Pd adalah periode satu pulsa masukan. Selama Vin konstan, Vo dapat dihitung dengan menggunakan rumusan (2):
Vo = - 1/RC _ Vin dt (2)
Masukan tak membalik integrator dihubungkan dengan catu 2,5 volt agar integrator mampu
mendapatkan masukan dengan level logika positif dan negatif. Untuk mengubah pulsa-pulsa listrik dari flip-flop D menjadi pulsa on-off infra merah, dipakai penguat optik dengan 3 dioda infra merah penguat pasangan darlington. Konfigurasi pasangan darlington dipilih karena memiliki impedansi input tinggi dan impedansi output rendah, selain itu penguatan arus yang dimiliki tinggi sehingga penguatan yang dihasilkan optimal.
2. Bagian Penerima
Bagian penerima terdiri dari: penerima optik, integrator, low pass filter, dan penguat audio.
Penerima optik berfungsi mengubah pulsa-pulsa optik infra merah menjadi pulsa listrik.
Pengubahan ini dilakukan oleh photo dioda yang akan menghantarkan arus jika persambungan pn yang dipanjar terbalik terkena denyut cahaya infra merah. Integrator yang digunakan pada bagian penerima harus sama dengan yang dipakai pada bagian pemancar. Hal ini disebabkan integrator pada bagian penerima harus bisa menghasilkan replika
sinyal yang sama seperti dihasilkan oleh integrator bagian pemancar. Low pass filter berfungsi untuk meng-haluskan
bentuk gelombang yang dihasilkan oleh integrator. Low pass filter yang digunakan bekerja pada frekuensi cut off 1 KHz, karena dalam pengujian frekuensi sinyal input dibatasi
pada frekuensi tersebut. Penguat audio dipakai untuk agar sinyal hasil rekonstruksi dapat didengar oleh manusia. Penguat audio dibangun dengan menggunakan IC LM 386 dengan penguatan yang dapat diatur antara 20 sampai 200 kali. Gambar 4 memperlihatkan diagram blok perencanaan bagian penerima.

Pengujian
1. Pengujian Power Transmitter
Pengujian dilakukan dalam ruang tertutup dengan mematikan lampu penerangan ruangan.
Kondisi ini diusahakan dengan tujuan meminimalisasi rugi-rugi akibat cahaya luar. Pengujian power transmitter yang pertama dilakukan menggunakan parameter sudut 0o – 90° dengan variasi 22,5o. Hasil pengujian ditampilkan pada tabel 3.
Tabel 3. Tabel Pengukuran Power Transmitter dengan Parameter Sudut
Sudut Hasil Pengukuran
0o 1,5 ìW
22,5o 1,8 ìW
45o 3,6 ìW
67,5o 11 ìW
90o 13 ìW
Pengujian power transmitter kedua dilakukan dengan menggunakan variabel jarak, sudut yang dipakai adalah 90o. Hasil pengujian diperlihatkan pada tabel 4. Tabel 4. Tabel Pengukuran Daya Optis dengan Parameter Jarak.
Jarak Hasil Pengukuran
5 cm 1,5 ìW
10 cm 1 ìW
20 cm 0,4 ìW
30 cm 0,18 ìW
50 cm 0,1 ìW
Dari tabel 3 terlihat bahwa power transmitter terbesar tercatat saat pengujian dilakukan pada sudut 90o dari pemancar optik. Data pengujian pada tabel 4 menunjukkan semakin dekat jarak
pengukuran semakin besar power transmitter yang terukur.
2. Pengujian Bagian Pemancar

Gambar 5. Respon Integrator
Terhadap Sinyal Input
Gambar 5 memperlihatkan integrator melakukan
proses sampling dengan tepat sesuai dengan bentuk sinyal masukan. Ukuran step integrator
dapat diperoleh dari rumusan :
2 ð f A = S f3
Ä (3)
dengan :
ð = 3,14
f = frekuensi sinyal input.
A = amplitudo sinyal input
S = ukuran step integrator
f3
Ä = frekuensi sampling
Rumusan untuk memperoleh nilai step integrator:


3
2
f
s fA p
(4)
s (2)(3,14 )(600 )(15) : (125 .000 )
s = 0,4 volt
3. Pengujian Bagian Penerima
Gambar 6 memperlihatkan perbandingan bentuk gelombang step integrator pemancar dan
penerima.
Bentuk gelombang hasil proses integrasi baik pada pemancar maupun penerima harus identik
karena berhubungan dengan proses rekonstruksi sinyal input. Hasil rekonstruksi sinyal yang telah dilewatkan pada low pass filter dibandingkan dengan sinyal masukan dari AFG diperlihatkan
pada gambar 7.


Gambar 6. Respon Integrator Pemancar dibanding dengan Penerima

Gambar 7. Sinyal Masukan dibanding Sinyal Output LPF
4. Slope Overload
Keadaan slope overload merupakan kondisi dimana integrator tidak dapat mengikuti laju/lonjakan sinyal masukan. Semua sistem yang berisi modulator dan demodulator,
termasuk modulasi delta, akan mengalami kondisi overload jika amplitudo sinyal yang
dimodulasi melampaui lingkup peralatan aktif yang diapaki dalam pemrosesan sinyal tersebut. Tetapi modulasi delta memiliki tipe overload tambahan yang tidak ditemui dalam sistem yang lain. Kondisi ini muncul saat sinyal yang dimodulasi berubah antara penarikan sampel dengan jumlah yang lebih besar dari ukuran step pengintegrasian. Tipe overload ini tidak ditentukan oleh amplitudo sinyal yang memodulasi tetapi oleh slope-nya. Keadaan ini
ditunjukkan pada gambar 8.

Gambar 8. Keadaan slope overload
Kesimpulan
Dari model yang dikerjakan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Perangkat keras yang dibutuhkan dalam implementasi sistem cukup sederhana. Pada
dasarnya hanya dibutuhkan komparator, integrator, clock dan flip-flop D.
2. Keadaan slope overload merupakan keadaan dimana step integrator tidak dapat mengikuti
laju sinyal masukan. Slope overload lebih disebabkan karena kecuraman lereng sinyal
tidak dapat diikuti oleh lebar step integrator. Akibat keadaan ini adalah kesalahan
rekonstruksi pada sinyal keluaran.
3. Perbedaan bentuk gelombang masukan dengan output LPF dapat diperbaiki dengan:
a. Memperkecil lebar step integrator pemancar.
b. Meminmumkan pencahayaan pada ruang pengujian.

Daftar Pustaka
[1]. Carlson, A. Bruce, Communication System, McGraw-Hill Kogakusha, Ltd., Tokyo,1975.
[2]. Taub, H., Shilling, D.L., Principle of Communication Systems, McGraw-Hill Kogakusha, Ltd., Tokyo, 1968.
[3]. Hughes, F.W., Op Amp Handbook, Prentice-Hall, Inc., New Jersey, 1981.
[4]. Malvino, A.P., Barmawi, Prinsip-Prinsip Elektronika, edisi ketiga, jilid 1 dan 2,
Erlangga, Jakarta, 1991.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Gambarnya mana gan?